Transformasi dan Kolaborasi Organisasi Menuju Al Washliyah yang Maju dan Modern

Editor: Taufik

(JAKARTA ALWASHLIYAH.ID) Transformasi dan Kolaborasi Organisasi Menuju Al Washliyah yang Maju dan Modern. Itulah tema yang dikedepankan oleh organisasi Islam Al Jam’iyatul Washliyah dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang diselenggarakan di Hotel Mercure Ancol Jakarta, pada tanggal 10 sampai 12 Juni 2022. 

Rakernas yang dipimpin oleh Ketua Umum Al Jam’iyatul Washliyah, Dr. KH. Masyhuril Khamis ini  dihadiri oleh beberapa tamu undangan tokoh nasional, seperti Wakil Presiden Republik Indonesia, beberapa menteri kabinet, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Ketua Umum Muhammadiyah, Gubernur DKI Jakarta, Ustadz Abdul Shomad, dan ulama-ulama kondang nasional lainnya. 

Organisasi Kemasyarakatan Islam Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) adalah sebuah organisasi yang telah cukup lama berdiri di Indonesia, yaitu tepatnya pada tanggal 30 November 1930 di Sumatera Utara. Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika sampai saat ini, Al Washliyah cukup berkembang dan sangat dikenal oleh masyarakat di pulau Sumatera, khususnya di bilangan daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.  Perkembangan kegiatan organisasi Al Washliyah terutama bertumpu di kegiatan dakwah Islam, sosial, ekonomi kemasyarakatan, dan pendidikan. 

Dalam kurun waktu 90 tahun keberadaannya hingga saat ini, Al Washliyah telah mengalami pasang surut kemajuan kegiatan keorganisasiannya. Sempat pula kegiatannya terseret ke ranah politik, sehingga terjadi kevakuman di dalam kegiatan pendidikan, dakwah, sosial, dan ekonomi kemasyarakatannya.  

Namun saat ini, di bawah kepemimpinan Dr. KH. Masyhuril Khamis sebagai ketua Umumnya, dan Dr. Amran Arifin sebagai Sekretaris Jenderalnya, organisasi Islam Al Washliyah mulai mengembalikan kegiatannya kepada kegiatan pendidikan, dakwah, dan ekonomi kemasyarakatan. 

Potensi keanggotaan Al Washliyah yang mencapai hampir 20 juta orang, dan juga kepemilikan lembaga pendidikan yang berjumlah ribuan unit, tersebar di seluruh pulau Sumatera, Jawa, Aceh, dan Kalimantan, merupakan dasar alasan yang kuat untuk kembalinya Al Washliyah kepada kittahnya tersebut, yaitu organisasi yang berdasarkan dakwah, sosial, pendidikan, dan ekonomi kemasyarakatan yang bernafaskan Islam.

Transformasi dan Kolaborisasi Organisasi

Jika diperhatikan dari makna tema Rakernas yang diselenggarakan pada tanggal 10-12 Juni 2022, yaitu transformasi dan kolaborisasi Al Washliyah, maka ada beberapa hal yang dapat kita lihat maknanya. 

Pertama, jika organisasi Al Washliyah ingin melakukan sebuah transformasi organisasi, maka pertanyaan yang akan muncul kemudian adalah, apakah tujuan dari usaha transformasi tersebut, hal-hal apa sajakah yang ingin ditransformasi di dalam tubuh organisasinya, mengapa hal-hal tersebut harus ditransformasi, kemudian bagaimanakah langkah untuk mentransformasi hal-hal tersebut, dan selanjutnya adalah bagaimana cara mengevaluasi dan memonitoring hal-hal yang sudah ditransformasi tersebut, agar mutu atau kualitas hal yang telah ditaransformasi tersebut (transformed) akan tetap terjaga kualitasnya. 

Kedua, jika organisasi Al Washliyah ingin melakukan sebuah kolaborasi organisasi, maka pertanyaan yang sama, yang akan muncul kemudian adalah, apakah tujuan dari usaha kolaborasi tersebut, hal-hal apa sajakah yang ingin dikolaborasikan di dalam tubuh organisasinya, mengapa pula hal-hal tersebut harus dikolaborasikan, kemudian bagaimanakah langkah untuk mengkolaborasikan hal-hal tersebut, dan selanjutnya adalah bagaimana cara mengevaluasi dan memonitoring hal-hal yang sudah dikolaborasikan tersebut, agar mutu atau kualitas hal yang telah dikolaborasikan tersebut (collaborated) akan tetap terjaga pula kualitasnya. 

Itu semua merupakan pertanyaan yang bukan sekedar harus dijawab dengan lisan, kemudian didiskusikan semata, namun setelah itu terabaikan kembali, menguap bersama angin begitu saja. 

Itu semua adalah hal-hal yang harus dipikirkan bersama oleh seluruh unsur organisasi Al Washliyah, kemudian membuat solusi real nya untuk selanjutnya  diaplikasikan ke dalam kegiatan yang nyata.  

Transformasi Organisasi

Dengan memilih tema transformasi dan kolaborasi saat ini, sepertinya memang sangat tepat. Pada dasarnya, setelah mengalami kevakuman kegiatan organisasinya yang mendasar selama beberapa puluh tahun belakangan ini, organisasi Islam Al washliyah harus mampu untuk mengembalikan haluan organisasinya yang pernah  terombang ambing tertiup angin, sehingga bergerak tidak tentu arah selama ini, kepada tujuan awal didirikannya Al Washliyah, yaitu memajukan kualitas hidup umat Islam dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan di dalam bingkai persatuan dan kesatuan umat. 

Hal tersebut harus mulai dilakukan dengan merapihkan manajemen (remanage) dan sistem administrasi di semua unsur turunan organisasi, dan majelis-majelis yang membidangi semua kegiatan di Al Washliyah.  

Masing-masing organisas dan majelis-majelis tersebut harus mempunyai konsep rencana kegiatan dan tujuan jangka panjang (yang tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Jangka Panjang 25 tahunan), jangka menengah (yang tertuang di dalam Rencana Strategis 5 tahunan), dan jangka tahunan (yang tertuang di dalam Rencana Operasional) dan rencana harian yang jelas dan tepat. 

Dengan demiikian, maka organisasi akan memiliki track atau jalur yang jelas dalam melaksanakan semua kegiatannya, dan fokus di dalam mencapai tujuannya.

Setelah memiliki rencana, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaannya, maka harus dilakukan sebuah evaluasi dan monitoring kegiatan, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan sehingga proses untuk meningkatkan mutu organisasi dapat tercapai dengan cepat, tepat, terukur, dan presisi.

Untuk bidang sumber daya manusia, para pimpinan majelis dan organisasi turunan di Al Washliyah juga harus menilai kembali kinerja anggota mereka masing-masing. Untuk anggota organisasi yang sudah tidak lagi mempunyai komitmen terhadap organisasi, sangat lamban dalam bertindak, dan sering membuat malu dan merugikan organisasi dengan segala tindakannya,  lebih baik diminta untuk mengundurkan diri dari organisasi, karena hanya akan menambah berat beban masalah organisasi. 

Sementara untuk anggota yang mempunyai komitmen dan prestasi, sebaiknya diberikan perhatian dan penghargaan yang lebih, agar semakin termotivasi untuk memajukan organisasi dengan memberikan segala tenaga dan pemikirannya. Pelatihan dan kesempatan untuk menambah jenjang pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, merupakan salahsatu bentuk penghargaan terhadap mereka.

Hal ini terutama harus dilakukan di dalam organisasi satuan pendidikan yang ada di dalam naungan Al Jamiyatul Washliyah. Harus dilakukan sebuah transformasi besar-besaran, cepat dan tepat di dalam sistem manajemen pendidikan Al Washliyah,  agar sesuai dengan perkembangan zaman yang sedang berlangsung, sehingga semua satuan pendidikan yang ada di dalam naungan Al Jamiyatul Washliyah tidak kalah bersaing dengan satuan pendidikan organisasi lainnya. 

Kolaborisasi Organisasi

Sementara dalam hal kolaborasi, di era digitalisasi dan informasi yang serba cepat dan disruptif seperti saat ini, organisasi sebesar Al Washliyah juga harus mempunyai sebuah sistem komunikasi dan sistem informasi yang canggih guna menunjang kinerja anggota organisasi di dalam melaksanakan tugas-tugas kesehariannya. 

Selain sistem kerja yang terpadu dan komprehensif, hubungan (link) antar majelis dan turunan organisasi di Al Washliyah juga harus terjalin dengan sistematis. Karena itulah diperlukan sebuah sistem yang mampu untuk mempermudah dan mempercepat hubungan kerja tersebut. 

Kolaborasi dan kesepahaman antara anggota organisasi dan lembaga juga sangatlah diperlukan guna membuat sebuah sinergi yang memiliki kesamaan pandangan dan tujuan bersama. Harus ada sebuah sistem pembagian kerja yang optimal, sehingga tercipta sebuah keadilan tugas dan keadilan reward sesuai dengan proporsi tanggungjawabnya masing-masing. 

Begitupun didalam penyelesaian konflik internal yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Sangatlah diperlukan kecermatan dari pemimpin organisasi tersebut untuk melihat apa potensi pemicu masalahnya, dan apa pula potensi solusinya. 

Pemimpin juga harus mampu melihat siapakah personal pemicu konflik yang terjadi, dan siapa pula personal yang terbaik yang mampu diandalkan untuk meredakan konflik tersebut. Jika pemimpin organisasi salah di dalam menilai itu semua, maka dapat dipastikan bahwa konflik yang semestinya mudah untuk diatasi, justru akan semakin ruwet untuk diselesaikan karena lemahnya kemampuan  nalar penilaian dari pemimpin organisasi tersebut.

Jayalah Al Washliyah zaman berzaman

H. J. Faisal,  Pemerhati Pendidikan/ Sekolah Pascasarjana UIKA, Bogor/ Anggota Majelis Pendidikan PB Al Washliyah


Share:
Komentar

Berita Terkini