Ketika Azan Berkumandang

Editor: Taufik



APA
yang kita lakukan kala azan berkumandang? Mengabaikannya dan terus beraktivitas duniawi yang seakan tak pernah berhenti. Atau sudah mati rasa, ketika telinga tak peka atas sapa Sang Maha Kuasa. Lebih celaka, jika panggilan sang muazzin malah dianggap gangguan kenyamanan atau bahkan disamakan dengan suara hewan. Jangan sampai kita seperti setan yang takut dan benci dengan azan. 

“Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya.” (HR. Bukhari Muslim).

Jangan sampai pula kita mati dalam keadaan buruk gara-gara menyepelekan azan. Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi pernah berkata, “Barangsiapa berbicara pada saat azan dikumandangkan dan tidak menghiraukannya, maka dikhawatirkan mati dalam keadaan Su’ul khatimah.” Na’udzubillaah.

Sejatinya, orang beriman selalu rindu gemuruh azan. Bagaiman tidak? Suara pertama yang didengar saat bayi lahir ke alam dunia adalah lantunan syahdu azan. Nabi bersabda dari Husain bin Ali, “Setiap bayi yang baru lahir, diazankan di telinga kanan dan dikumandangkan iqamah di telinga kiri”.

Wajar, jika kalimat suci yang telah ada sejak 1400 tahun silam dengan lafaz yang sama ini akan terus terpatri di hati sanubari seorang mukmin sampai ajal menanti. Begitu terdengar suara azan, hatinya bergetar, seketika meninggalkan segala aktivitasnya dan melesat menuju masjid terdekat. 

Bahkan, sebagian orang beriman telah memenuhi panggilan shalat ini saat azan belum berkumandang. Inilah yang diistilahkan Nabi sebagai ribath yakni menunggu shalat setelah shalat persis saat orang waspada berjaga di perbatasan ketika perang. 

“Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus dosa dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah kemudian bersabda, “Sempurnakan wudhu dalam kondisi sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat. Itulah ribath.” (HR. Muslim). 

Bagaimana mungkin azan kita lewatkan begitu saja sementara dosa diampuni saat kita berdoa setelahnya. Sa’d bin Abi Waqqash ra meriwayatkan hadis Nabi, “Barangsiapa yang ketika mendengar azan dia mengucapkan, “Wa ana asyhadu an laa ilaahaillallah wahdahulaa syariikalahu wa anna muhammadan abduhu warosuuluhu rodhiitu billaahi robbaa wabimuhammadin rosuulaa wabil islaami diinaa” Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni.” (HR Ahmad). 

Bagaimana mungkin saat azan berkumandang tidak kita hiraukan, sementara ada doa khusus setelahnya yang mampu memberikan syafaat di hari kiamat. Nabi bersabda dari Jabir bin Abdillah ra, “Siapa mendengarkan azan, lalu dia membaca doa, “Allahumma rabbi hadzihid da’watit tammah washshalaatil qaa’imah aati muhammadan wasiilata wal fadhiilata wab’atshul maqaaman mahmuuda alladzii wa’adtah,” maka orang yang membacanya akan mendapatkan syafaat di hari kiamat.” (HR. Bukhari). 

Dan bagaimana mungkin tidak kita indahkan kumandang azan, sementara orang yang menjawab azan dengan penuh keyakinan dan penghayatan akan menghantarkannya menuju surga. Nabi menggembirakan kita lewat hadis riwayat Umar bin Khattab ra, “Ketika muazzin mengumandangkan, Allahu akbar Allahu akbar. 

Lalu kalian menjawab Allahu akbar Allahu akbar. Kemudian muazzin mengumandangkan, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah. Lalu kalian menjawab, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, hingga akhir azan. Siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga. (HR Muslim). Allahua’lam bishshawab. (***) 

OLEH: Alexander Zulkarnaen (Guru PAI SMAN 2 Medan & Wakil Ketua Majelis Dakwah PW Al Washliyah Sumut) 
Share:
Komentar

Berita Terkini