MEDAN (AL WASHLIYAH.ID)- Seorang ilmuwan asal Belanda, Karel A Steenbrink, pernah menyebut bahwa Al Washliyah adalah organisasi terbesar ketiga setelah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Organisasi yang lahir di Kota Medan ini telah banyak memberi kontribusi bagi persatuan umat dan kemajuan Indonesia.
Sejak berdiri tahun 1930 hingga saat ini Al Washliyah telah eksis menjadi organisasi Islam yang menjaga kelestarian mazhab Sunni di Tanah Air. Sekilas mengulas sejarah berdirinya organisasi ini 1930 silam ternyata tidak lahir begitu saja. Saat itu perpecahan dan perbedaan begitu menonjol di kalangan umat Sumatera Utara. Situasi diperparah lagi dengan strategi Belanda yang ingin berkuasa.
Upaya memecah belah rakyat dilakukan Belanda untuk merusak sendi-sendi Islam di Sumatera Utara. Kala itu umat terpecah karena perbedaan pandangan ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah). Perbedaan paham agama ini semakin hari sampai pada tingkat meresahkan. Para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan pun berupaya mempersatukan umat Islam.
Sebelum Al Washliyah menjadi organisasi besar seperti sekarang ini ternyata ada sosok ulama yang punya andil besar di dalamnya. Tokoh ulama ini sangat dihormati di lingkungan Al Washliyah. Nama “Al Jam’iyatul Washliyah” adalah pemberian Syeikh Muhammad Yunus yang merupakan pimpinan MIT dan guru para pendiri Al Washliyah.
Nama ini semakin ‘meroket’ dengan dukungan Syeikh Hasan Maksum yang merupakan Mufti Kerajaan Deli. Karena itu, Al Washliyah dipandang sebagai organisasi yang berasal dari ulama dan banyak melahirkan ulama. Sekretaris PB Al Washliyah Periode 2015-2020 M Razvi Lubis menyebut bahwa Syeikh Haji Muhammad Yunus merupakan ulama sekaligus pimpinan di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan.
Ilmu agamanya begitu tinggi dan terkenal sebagai ulama yang wara’. Syekh Muhammad Yunus lahir di Pecukaian Kota Binjai, Sumatera Utara pada 1889. Dari didikannya, banyak lahir ulama-ulama dari Sumatera utara.
Ulama-ulama itu sebagian besar turut dalam membesarkan Al Washliyah.
Ketika pembentukan organisasi sudah disepakati oleh para pelajar MIT Medan, mereka bersepakat untuk meminta kepada salah satu guru mereka memberikan nama perkumpulan. Dengan penuh rasa hormat, para muridnya meminta kepada Syekh Muhammad Yunus untuk memberikan nama perkumpulan yang akan dideklarasikan. Cara-cara seperti ini merupakan bentuk penghormatan murid kepada guru. Seperti ditulis dalam Buku 1/4 Abad Al Washliyah, Syeikh Muhammad Yunus tidak langsung memberikan nama organisasi. Beliau terlebih dahulu mendirikan salat dua rakaat dan berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT. Barulah setelah itu beliau menyampaikan agar diberikan nama Al Jam’iyatul Washliyah untuk nama perkumpulan yang akan didirikan kepada murid-muridnya.
Arti Al Jam’iyatul Washliyah adalah perkumpulan yang menghubungan dan mentalikan. Organisasi ini menghubungan manusia dengan Allah, menghubungkan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Begitu dalam arti dari nama yang diberikan Syeikh Muhammad Yunus itu. Nama tersebut juga terdengar asing di telinga orang karena selama ini tidak ada yang menggunakan nama tersebut.
Peresmian Al Washliyah sendiri dilaksanakan pada tanggal 30 November 1930 bertempat di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan Jalan Hindun Kota Medan. Pertemuan lebih besar pun digelar karena mendapat perhatian sangat luas dari masyarakat Kota Medan. Dalam pertemuan itu disepakatilah kepengurusan pertama Al Washliyah. Saat itu Ketua Al Washliyah yang pertama diserahkan kepada Ismail Banda lantaran usianya lebih tua dari anggota yang lain. Ada pun susunan pengurus Al Washliyah yang pertama terdiri dari Syeikh H Muhammad Yunus sebagai penasehat. Kemudian Ketua I Ismail Banda, Ketua II Abdurrahman Syihab, Penulis I M Arsyad Thalib Lubis, Penulis II Adnan Nur, Bendahara M Ya’cub, Pembantu-pembantu yaitu Syamsudin, Yusuf Ahmad Lubis, A Malik, A Aziz Effendy.
Tetap Berdakwah
Almarhum Syeikh Muhammad Yunus dikenal sebagai seorang ulama Al Washliyah yang selama hidupnya mengembangkan dakwah dan pendidikan Islam. Banyak ulama-ulama terkenal yang menuntut ilmu melalui beliau di antaranya adalah H Abdurrahman Syihab, H Baharuddin Ali, OK H Abdul Aziz, H Ismail Banda, Abdul Wahab dan lain-lain. Syeikh Muhammad Yunus di Perkampungan memang lahir di Pecukaian Binjai pada tahun 1889. Namun, beliau berasal dari Gunung Beringin Kecamatan Penyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Ayahnya bernama H Muhammad Arsyad.
Di Kota Binjai beliau menuntut ilmu pengetahuan dasar agama dengan sabar dan tekun. Melanjutkan pelajarannya di Titi Gantung Binjai dan berguru dengan Syekh H Abdul Muthalib. Kemudian berguru dengan tuan Syekh H Abdul Wahab Rokan Naksyabandi di perguruan Babussalam Langkat. Syeikh Muhammad Yunus juga pernah berguru dengan Syeikh Muhammad Idris Petani di Malaysia (Kedah).
Kemudian pernah melanjutkan pendidikannya ke Mekkah (Saudi Arabia) belajar dengan Syeikh Abdurrahman, Syeikh Abdul Qadir Mandili, dan Syeikh Abdul Hamid. Setelah beberapa tahun menjadi murid, di sana beliau pun mengajar di Makhtab Sultiah Mekkah. Sekembalinya dari Saudi, beliau menambah pengetahuannya lagi di Malaysia (Penang) dengan Syekh Jalaluddin Petani dan Syekh Abdul Majid Keala Muda Penang. Setelah tiba di Tanah Air, beliau menyumbangkan tenaga dan pikirannya di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan dan menjadi guru atau kepala di madrasah tersebut.
Makhtab tersebut merupakan madrasah tertua di Sumatera bagian Timur. Para pelajar makhtab Islamiyah Tapanuli meminta pendapatnya untuk memberi nama organisasi. Seusai salat Istikharah, beliau pun menyampaikannya di hadapan khalayak bahwa nama organisasi yang baru dibentuk itu ialah “Al Jam’iyatul Washliyah”.
Kecintaannya terhadap dunia pendidikan dan dakwa tidak diragukan lagi. Syeikh Muhammad Yunus tetap mengajar meski dalam kondisi kurang sehat. Beliau mengajar di beberapa madrasah Al Washliyah dari pagi hingga petang. Karena menderita sakit, Syeikh Muhammad Yunus berpulang ke Rahmat Allah pada tanggal 7 Juli 1950 bertepatan pada tanggal 1 Syawal 1364 H dalam usianya ke 61 tahun.
Beliau dimakamkan di Perkuburan Sungai Deli, Medan. Letaknya persis di pinggir sungai yang membelah Kota Medan tersebut. Di dalam areal makam itu berdiri sebuah masjid bernama Masjid Jami’ Silalas. Tidak terlalu sulit mencari makam beliau. Letaknya tidak jauh dari Masjid Jami’ Silalas atau persis di samping masjid itu.
Apabila masuk ke arah pintu masjid lalu menyusuri halaman dan mengarahkan pandangan ke arah kiri sudut maka akan terlihat makam Syekh Muhammad Yunus. Di sisi luar batu nisan makam itu bahkan terdapat Lambang Al Washliyah bulan sabit bintang lima dan tertulis nama beliau sebagai pemberi nama Al Washliyah. (wins)